Visual Art Exhibition: Memento Mori, Refleksi Hentakan Ruh Nanang Yulianto

Visual Art Exhibition: Memento Mori, Refleksi Hentakan Ruh Nanang Yulianto

Visual Art Exhibition
Memento Mori, Refleksi Hentakan Ruh Nanang Yulianto


Opening Pameran: Rabu, 13 Desember 2017, jam 19.30 WIB
Pameran Berlangsung: 14 – 19 Desember 2017, jam 09.00 – 21.00 WIB
Bertempat di Balai Soedjatmoko Solo.

Ruang dan waktu bagi seorang kreator dinisbatkan sebagai tempat untuk berdialog terus menerus dengan dirinya. Diri yang bergerak kedepan, menengok kebelakang, mengibaskan sayap, serta membawa catatan-catatan. Diri yang senantiasa membaca, menulis dan melukis tentang dirinya sendiri dan diluar dirinya.
Dialog tanpa henti pada titik yang paling akhir kreator berjumpa dengan sang Diri yang selalu menemani, mendampingi, menguntit, membimbing, menasehati, menggerakkan agar arah perjalanan semakin bermakna, sampai pada hakikat realitas yang sesungguhnya. Realitas yang abstrak dan penuh abstraksi-abtsraksi, realitas yang riil dan logis tetapi tak juga kelihatan nyata. Tak teraba, tak berbentuk, tak berobyek, tak pula menjadi subyek, tetapi terasa oleh perasaannya yang sedang berproses. Makin penasaran, hanyut kedalam semesta diri dan sang Diri.
Narasi tersebut menggambarkan prosesi perjalanan Nanang Yulianto, sebagai kreator. Nanang berusaha menyelami hidup keseharian mulai dari yang sederhana sampai yang serius, mendalam. Nanang tak hanya melukis dengan pengungkapan bebas sebebas-bebasnya, tetapi mulai menafsir dibalik kebebasannya. Ia dalami apa yang tergores, ter-arsir, tertumpah, terkuas dan terciprat-ciprat. Darinya Nanang mulai memahami makna-makna, makna bagi dirinya, hidupnya, serta tugasnya sebagai kreator.
Diksi Momento Mori, sengaja diambil sebagai bingkai kurasi pameran Nanang Yulianto ketika ia mencoba mengorak-arik karya-karyanya yang tidak secara sengaja ia menemukan makna dalam karyanya tentang kelahiran, masa remaja dan dewasa, berumahtangga, serta gambaran nyata masa depannya. Nanang menemukan keharuan, kesyukuran, kebahagiaan, ketenangan dengan penuh arti. Momento mori sebagai ruang-ruang perjalanan Nanang untuk berkomunikasi, berdialog sekaligus bertanya kepada publik yang nanti membaca karyanya, sebagai refleksi bagi perjalanan kekaryaan berikutnya.

Area: